Menjadi Raja Umrah Kalimantan Barat: Kisah Perjalanan Hidup H. Ahmad Kholil (part 3)

Menjadi Raja Umrah Kalimantan Barat

Sedikit mengulang kisah sebelumnya, di usia yang masih belia, sekitar 13 tahun, Kholil merantau ke Makkah. Bukan untuk sekolah atau liburan, tapi sebagai Tenaga Musiman (Temus) di bawah naungan Konsulat Jenderal RI. Tahun-tahun awal di tanah suci bukanlah kisah manis yang mudah dicerna. Ia harus bekerja di tengah teriknya matahari, mengurus jamaah yang tersesat, menangani konflik, hingga menenangkan ratusan orang dalam keadaan darurat.

Salah satu pengalaman yang membekas dalam ingatannya terjadi saat musim haji, ketika ia ditugaskan di Muzdalifah, tempat jamaah mengumpulkan batu untuk melontar di Mina. Jamaah yang turun dari bis untuk mencari batu tiba-tiba ditinggalkan oleh supir tanpa pemberitahuan. Ratusan orang kebingungan, terjebak di tengah padang tanpa tahu arah. Di sinilah Kholil muncul sebagai pahlawan tak bersayap. Ia menggunakan sepeda motor tua tahun 70-an, tapi tak sanggup dikendarai karena dikerumuni ratusan jamaah yang meminta pertolongan.

Tak ada pilihan lain, motor itu didorong, dan ratusan jamaah mengikuti di belakangnya. Berjalan kaki sejauh 3,5 sampai 4 kilometer menuju Mina, di tengah malam, membawa batu di tangan, air mata di pipi, dan harapan di dada. “Insya Allah barang-barang kalian aman, ada petugas yang menjaga,” kata Kholil menenangkan para jamaah yang cemas karena bis mereka membawa semua barang.

 

Sebuah Janji di Muzdalifah

Di tengah kerumunan dan peluh yang menetes, Kholil menatap langit malam Muzdalifah. Ia menanam sebuah niat dalam hati, suatu saat jika Allah takdirkan, ia ingin kembali ke tanah air, membangun sebuah travel, dan menamai travel itu dengan nama tempat yang membekas di hatinya: Muzdalifah. Tempat yang menyaksikan pengabdiannya, tempat yang menjadi saksi ketulusannya membantu jamaah haji.

Empat tahun Kholil mengabdi sebagai Temus. Ia memutuskan untuk tidak memperpanjang masa kerjanya. “Ilmu dan pengalaman ini harus saya terjemahkan ke dalam tindakan nyata,” katanya. Ia pamit kepada rekan-rekan kerjanya, menitipkan pesan agar pekerjaan mulia ini—membantu jamaah—tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

 

Jamaah umroh Muzdalifah Travel milik H. Ahmad Kholil
Jamaah umroh Muzdalifah Travel

 

Kepulangan Penuh Kejutan

Kepulangan ke Indonesia bukan seperti cerita dongeng. Bukan sambutan mewah atau rumah megah yang menunggu. Justru Kholil dan keluarganya harus menumpang di sebuah kamar kecil di Pondok Pesantren Al-Jihad, belakang Pasar Dahlia, Pontianak. Satu kamar untuk 12 orang, jika siang kepanasan, jika malam berguncang karena lantai papan yang diinjak anak-anak.

Sebulan kemudian, mereka menyewa rumah. Tapi beban hidup belum usai. Kholil mulai merancang langkah berikutnya. Ia tak mau berhenti. Ia tahu, keahlian mengurus jamaah adalah modal yang tidak ternilai. Ia mulai mengumpulkan jamaah, dan ketika musim umrah tiba, ia kembali ke Makkah, membawa sekitar 30 sampai 40 orang setiap tahun. Zaman dulu, jamaah umrah bisa tinggal sampai berbulan-bulan di Arab Saudi, bahkan 6-7 bulan. Inilah yang dimanfaatkan Kholil untuk menyambung hidup.

Di sana, ia menyewa kamar hotel lalu menyewakannya kembali ke jamaah lain. Sedikit demi sedikit, rezeki mulai mengalir. Pulang ke Indonesia, ia bisa membeli rumah—meskipun rumah sederhana, tapi itu adalah pencapaian besar bagi keluarga yang sebelumnya tinggal menumpang.

 

Titik Balik di Tahun 2001

Tahun 2001 menjadi titik balik besar. Salah satu saudagar di daerah Sepakat 1, Pontianak, baru saja menjual tanah. Ia ingin berhaji, namun bingung siapa yang bisa membimbingnya secara spiritual. Kholil dipilih. Dari 15 orang yang awalnya berangkat, jamaah bertambah jadi 45 orang. Kholil dibayar Rp1 juta per orang, total Rp45 juta. Jumlah fantastis di masa itu.

Jamaah umroh Muzdalifah Travel milik H. Ahmad Kholil
Jamaah umroh Muzdalifah Travel

Uang itu digunakan untuk memperbaiki rumah. Anak-anak dan ipar yang sebelumnya tidur berdesakan, kini punya kamar sendiri. Belum ada AC, tapi kebahagiaan tak bisa diukur oleh suhu ruangan. Di tahun ketiga tinggal di Pontianak, Kholil memberanikan diri membuka KBIHU, Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah. Teman-temannya yang dulu dibimbing di Arab, seperti Pak Bambang Widianto dan Pak Bukhari (Wali Kota saat itu), turut membantu mengurus izin.

Seminggu kemudian, izin KBIHU keluar. Luar biasa. H. Ahmad Kholil mulai fokus membina jamaah. Ia bukan hanya pengusaha, tapi juga guru spiritual, pembimbing ibadah, dan pemecah masalah di tengah kepanikan para jamaah.

 

Lahirnya Muzdalifah Tour

Dengan pengalaman dan jaringan luas di Arab Saudi, serta kepercayaan yang dibangun bertahun-tahun, Kholil mendirikan Muzdalifah Tour. Nama yang bukan sekadar label bisnis, tapi simbol dari kenangan, perjuangan, dan cinta kepada para jamaah. Muzdalifah Tour berkembang pesat, dikenal sebagai travel umrah dan haji terbesar di Kalimantan Barat.

Tidak ada kesuksesan instan. Semua diraih dengan darah, peluh, dan air mata. Dari menuntun ratusan jamaah tersesat di padang pasir, menginap di kamar sempit pesantren, hingga kini bisa memberangkatkan ribuan orang ke tanah suci setiap tahun.

 

Inspirasi untuk Generasi Muda

Kisah H. Ahmad Kholil adalah kisah tentang niat yang tulus, kerja keras, dan keteguhan hati. Ia membuktikan bahwa anak desa pun bisa menembus langit Makkah dan menapakkan nama di tanah suci, bukan sebagai peziarah biasa, tapi sebagai pemimpin spiritual.

Dari sepeda motor tahun 70-an yang tak bisa dinaiki karena dikerubungi jamaah, hingga kini memiliki armada yang siap antar jemput jamaah ke bandara. Dari kamar panas yang tak layak tidur, hingga kini memiliki kantor megah dengan ratusan staf. Dari doa di langit Muzdalifah, hingga menjadi kenyataan yang menyentuh ribuan jiwa.

Kini, setiap kali rombongan jamaah Muzdalifah Tour berangkat ke tanah suci, H. Ahmad Kholil mengenang masa-masa itu. Ia tahu, setiap langkah di tanah suci bukan hanya ibadah, tapi juga perjalanan hati yang penuh makna. Dan ia, adalah salah satu penjaga perjalanan itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
Top