H. Ahmad Kholil dan Muzdalifah Travel: Rahasia Sukses Memberangkatkan Ribuan Jamaah Haji dan Umroh Tanpa Masalah

Umrah: Antara Perjalanan Suci atau Ujian Hidup Ekstrim?

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mewawancarai salah satu pendekar umrah, yaitu H. Ahmad Kholil. Ia pendiri sekaligus jantung dari Muzdalifah Travel yang beralamat di Jalan Martadinata, Pontianak. Di tengah dunia penuh tipu-tipu, Muzdalifah ini bagaikan oase segar di gurun Sahara, atau lebih tepatnya, seperti menemukan AC 2 PK di tengah padang pasir. Travel ini sudah memberangkatkan ribuan jamaah ke tanah suci tanpa ada satu pun yang berubah profesi jadi backpacker terlantar di Jeddah. Semua beres, semua selamat, semua pulang membawa oleh-oleh, bukan membawa trauma.

Rahasia keberhasilan Muzdalifah ternyata sederhana. H. Ahmad Kholil ini bukan orang baru di dunia perhajian. Beliau dulunya bekerja sebagai petugas haji di Konsulat RI di Jeddah, jadi soal Mekah, Madinah, hingga cara menyalakan AC hotel tanpa kena marah cleaning service, beliau paham luar dalam. Bahkan mungkin, beliau lebih hapal lorong-lorong di sekitar Masjidil Haram ketimbang saya hapal jalan dari kamar ke dapur. Dengan pengalaman segudang ini, wajar saja Muzdalifah Travel selalu dipercaya dan tak pernah masuk headline berita “Jamaah Umrah Terlantar, Menangis di Trotoar.”

Muzdalifah Travel milik H. Ahmad Kholil
Jamaah umroh Muzdalifah Travel ketika di tanah suci

Namun, seperti semua kisah klasik antara kebaikan melawan kejahatan, di luar sana banyak travel umrah lain yang kisahnya lebih tragis dari sinetron jam prime time. Kenapa jamaah bisa terlantar? Ternyata jawabannya sederhana: karena dunia ini memang penuh dengan manusia yang lebih jago tipu-tipu dari Dajjal magang. Banyak travel bodong yang lahir tanpa izin resmi, tanpa standar pelayanan, bahkan mungkin tanpa rasa bersalah. Mereka menawarkan harga umrah murah, nyaris semurah harga gorengan, dan tentu saja dengan kualitas pelayanan yang setara, gorengan basi. Tiket pesawat yang dijanjikan ternyata cuma janji, karena tiket itu hanya eksis di lamunan, bukan di sistem penerbangan. Sementara visa, alih-alih keluar dengan lancar, malah seperti sinyal Wi-Fi di gunung, ada tapi tidak bisa dipakai.

Yang lebih tragis, ada juga travel yang booking hotel di Mekah katanya dekat Masjidil Haram. Dekat, kalau Anda rela berlari maraton 10 kilometer dulu. Bus antar jemput? Ada, tapi cuma dalam bentuk harapan. Konsumsi? Tidak usah mimpi, karena dalam pandangan travel bodong ini, lapar itu bagian dari spiritual journey. Kalau semua itu belum cukup, tunggu sampai Anda mendengar kisah dana jamaah yang mendadak raib, entah dibelikan villa, mobil mewah, atau mungkin sekadar membiayai liburan bos travel ke tempat yang lebih eksotis dari Mekah, Maladewa.

Di tengah tsunami penipuan semacam ini, Muzdalifah Travel berdiri bak Menara Pisa yang tidak miring. Penerbangan jamaah langsung ke Jeddah, tanpa transit 17 kali di negara-negara random. Visa jamaah diprint sendiri di kantor, secepat membuat kopi instan, berkat hubungan diplomatik yang sudah seperti saudara dengan Kedutaan Arab Saudi. Hotelnya? Cukup buka jendela, lempar batu, kena Masjidil Haram. Yang lebih penting dari semua itu, pelayanan yang dilakukan dari hati, bukan dari kalkulator. Karena di Muzdalifah, jamaah bukan hanya dianggap nasabah atau target omzet, tapi betul-betul tamu Allah yang harus dihormati.

Jamaah umroh Muzdalifah Travel milik H. Ahmad Kholil
Jamaah umroh Muzdalifah Travel

Satu lagi kelebihan Muzdalifah, seluruh petugas bimbingan umrah memiliki sertifikasi. Mereka benar-benar dilatih khusus menjadi pembimbing jamaah. Itu merupakan standarisasi yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agama.

Sebelum Anda nekat memilih travel umrah yang harga paketnya lebih murah dari harga boba, ingatlah, ke tanah suci itu niatnya mau beribadah, bukan mau ikut acara survival. Pilih travel yang waras, berizin, berpengalaman, dan benar-benar ada kantornya di dunia nyata, bukan hanya eksis di dunia maya. Karena sesungguhnya, dalam perjalanan suci, lebih baik membayar sedikit lebih mahal daripada membayar lunas dengan air mata dan kisah pilu di Instagram.

Muzdalifah Travel, bersama H. Ahmad Kholil, membuktikan bahwa ke tanah suci bisa jadi perjalanan suci beneran, bukan reality show bertema “Bagaimana Bertahan Hidup di Tanah Orang.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
Top