Ratu Ica Gadis Dayak Syahadat Di Usia Belia

Seorang remaja berusia 16 tahun duduk di sebuah rumah Qur-an di Kota Pontianak. Siang itu, di tengah teriknya matahari khatulistiwa pada bulan Ramadan, gadis yang akrab disapa Ica ini bersiap mengucapkan dua kalimat syahadat dengan suara bergetar. Hatinya dipenuhi haru dan syukur – impian yang dipupuknya sejak kecil untuk memeluk Islam akhirnya berada di depan mata. Momen sakral ini menjadi bukti bahwa hidayah Allah bisa datang kapan saja, bahkan kepada seorang remaja di usia belia.

Benih Hidayah Sejak Kecil

Ica, yang bernama lengkap Julianti Ratu Nisa, lahir dan dibesarkan dalam keluarga non-Muslim di sebuah desa di Kabupaten Landak. Meski demikian, sejak usia dini ia merasakan ketertarikan yang mendalam terhadap Islam. Saat teman-teman sebayanya pergi shalat atau mengaji, Ica kecil diam-diam ikut bergabung bersama mereka. Bahkan di sekolah, ketika doa bersama dilantunkan, ia melafalkan doa dengan cara Islam.

Teman-teman Muslim di sekitarnya sempat menegur dengan kebingungan, “Kamu kan masih Kristen, jangan dulu masuk masjid,” namun hal itu tidak menyurutkan niat Icha untuk mengenal Islam. Benih-benih iman telah tertanam kuat di hatinya tanpa ada yang memaksa – sebuah hidayah yang Allah tanamkan begitu alami. Sejak kecil, ia sudah merasakan kedamaian saat mendengar lantunan ayat Al-Qur’an dan melihat ketenangan teman-temannya dalam beribadah. Hidayah Allah menyapa Icha melalui hal-hal sederhana di sekitarnya, menumbuhkan cinta pada Islam jauh sebelum ia resmi menjadi mualaf.

Lika-liku kehidupan tak membuat cahaya hidayah itu padam. Ica kehilangan ayahnya pada tahun 2018, menjadikannya seorang anak yatim. Dalam duka kehilangan, ia justru merasakan bahwa Islam memberinya harapan baru. Semangatnya untuk menjadi Muslimah tetap menyala walaupun ia tahu jalan yang ditempuh tidak akan mudah.

Perjuangan Meraih Restu Keluarga

Keinginan Ica untuk masuk Islam sudah lama terpendam, namun sebagai anak di bawah umur ia membutuhkan restu dari orang tua. Awalnya, keluarga besarnya tidak menyetujui niat tersebut. Maklum, Ica berasal dari keluarga non-Muslim yang taat, sehingga keputusan untuk berpindah keyakinan bukan hal mudah bagi mereka. Meskipun demikian, Ica tak gentar. Diam-diam ia terus belajar tentang Islam dan berdoa agar hati sang ibu dibukakan oleh Allah.

Akhirnya, keteguhan hati remaja ini meluluhkan kekhawatiran ibunya. Sang ibu mulai memahami bahwa getaran iman dalam hati anaknya adalah kehendak Allah yang tak bisa dihalangi oleh siapa pun. Sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki…”​ (QS Al-Qashash [28]: 56). Ayat ini mengingatkan bahwa hidayah adalah hak prerogatif Allah sepenuhnya. Keluarga Ica pun perlahan ikhlas melepaskannya untuk memeluk Islam. Ibunya akhirnya menandatangani surat persetujuan resmi agar Ica bisa bersyahadat.

Dengan surat izin di tangan, Icha merasa lega dan bersemanga. Semua langkah ini ia jalani dengan keberanian dan keyakinan penuh bahwa ini adalah jalan hidup yang dipilihkan Allah untuknya.

Mengucap Syahadat di Bulan Ramadan

Berkat izin orang tua dan dukungan para pembimbing, tibalah hari yang dinanti-nanti. Pagi itu, Icha duduk berhadapan dengan ustadz pembimbing di sebuah rumah Qur-an di Pontianak. Dengan mengenakan kerudung sederhana, ia mengikuti tuntunan kalimat demi kalimat syahadat: “Asyhadu an lā ilāha illallāh, wa asyhadu anna Muḥammadar rasūlullāh.” Suaranya sempat bergetar menahan haru, namun kalimat suci itu berhasil ia lantunkan hingga tuntas. Disaksikan oleh beberapa orang saksi, gadis ini resmi telah menjadi seorang Muslimah.

“Alhamdulillah,” ucap sang pembimbing seraya tersenyum haru, diikuti lantunan doa. Icha tersenyum bahagia. Ia merasakan kedamaian yang luar biasa setelah mengikrarkan dua kalimat syahadat. “Senang… iya, bersyukur sekali,” tuturnya lirih ketika ditanya perasaannya usai bersyahadat. Baginya, momen itu seperti memenuhi janji yang telah lama dibuat di dalam hatinya sendiri.

Sebagai bentuk kasih sayang, Icha pun didorong untuk segera belajar shalat lima waktu, puasa Ramadan, serta menjalankan kewajiban Islam lainnya sebagai langkah awal menjadi Muslimah yang taat, yang membuat Icha semakin mantap melangkah di jalan iman yang telah ia pilih.

Hidayah Allah Dapat Datang Kapan Saja

Perjalanan hidayah seorang remaja ini mengingatkan kita bahwa hidayah adalah rahmat Allah yang bisa menyapa siapa saja, kapan saja, dan melalui cara apa saja. Tidak ada yang dapat menghalangi jika Allah sudah berkehendak memberi petunjuk. Ica kecil mendapat sentuhan hidayah melalui ketertarikannya melihat teman-teman Muslim beribadah. Orang tuanya yang semula ragu pun akhirnya luluh melihat kuatnya tekad sang anak. Rangkaian peristiwa – dari kehilangan ayah, pertemanan dengan tetangga Muslim, hingga dipertemukannya Ica dengan ustadz pembimbing syahadat – semuanya adalah jalan yang digariskan Allah untuk menuntun Ica menuju cahaya Islam.

Al-Qur’an menggambarkan betapa Allah-lah yang melapangkan hati seseorang untuk menerima iman. “Maka, siapa yang Allah kehendaki mendapat hidayah, Dia akan melapangkan dadanya untuk menerima Islam…”​ (QS Al-An’am [6]: 125). Begitulah yang terjadi pada Icha – Allah Yang Maha Pengasih telah membuka hatinya sejak kecil dan memudahkannya melangkah ke arah kebenaran.

Kisah Icha menyadarkan kita bahwa tak ada istilah terlalu dini atau terlalu terlambat untuk menerima hidayah. Allah dapat menyentuh hati hamba-Nya dengan cahaya petunjuk melalui jalan yang tak terduga. Sebagai Muslim, kita patut bersyukur atas nikmat iman dan senantiasa mendoakan sesama agar diberikan petunjuk-Nya. Bagi siapa pun yang sedang mencari kebenaran, jangan pernah putus asa mengetuk pintu hidayah-Nya, karena Allah Mahatahu siapa yang benar-benar mendambakan cahaya petunjuk.

Semoga kisah mualaf remaja ini semakin meneguhkan keyakinan kita bahwa Allah Maha Membolak-balikkan hati manusia. Cahaya hidayah-Nya mampu menembus kegelapan sebesar apa pun ketika Dia berkehendak. Tiada satu pun yang dapat menghalangi datangnya cahaya hidayah dari Allah. Mari kita berdoa agar kita semua senantiasa istiqamah di jalan-Nya dan menghargai setiap petunjuk yang diberikan dalam kehidupan ini.​ Aamiin

Link Video Dari Artikel Diatas :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
Top