Megawati Hangestri Pulang Bukan Untuk Piala Tapi Untuk Ibu

Oleh Rosadi Jamani

Dari kejauhan, langit tampak berselimut kelabu. Seolah semesta ikut bersedih menyambut kepulangan seorang anak yang kembali. Bukan karena gemerlap, melainkan karena cinta yang mendalam. Ia datang bukan dengan parade kemenangan, melainkan dengan jubah keheningan dan dada sesak oleh rindu tak terucap.

Megawati Hangestri Pertiwi. Nama itu pernah digemakan ribuan lidah, dielu-elukan di negeri seberang sebagai sang Megatron, penghancur pertahanan, dewi smes, penakluk langit lapangan. Tapi hari ini, di bawah langit Indonesia yang tak pernah lupa, Megawati pulang. Bukan untuk konferensi pers, bukan untuk sorak kemenangan. Ia pulang untuk satu hal yang membuat seluruh penghargaan dunia terasa remeh, ibunya.

Telah dua musim ia berjibaku di tanah asing, menoreh sejarah, menepis segala keraguan akan putri Jember Jawa Timur yang menari di atas panggung internasional. Di Korea Selatan, Red Sparks bukan hanya menemukan pemain asing, mereka menemukan api, nyala juang yang menggetarkan. Tapi tidak ada nyala yang lebih suci dari nyala kasih seorang anak kepada ibu yang terbaring, letih, di ujung usia.

Seseorang bertanya, mengapa kau pulang saat dunia baru saja mengenalmu? Megawati tak menjawab dengan kata, tapi dengan langkah. Dengan kepulangan. Dengan air mata yang ia sembunyikan dari kamera, dan doa-doa yang ia bisikkan di tengah malam sunyi. Seorang anak tidak memerlukan alasan lain selain “ibuku sakit,” dan itu cukup untuk membuat dunia berhenti berputar dalam hatinya.

Dalam diamnya, kita melihat keberanian yang tak bisa dilatih oleh pelatih mana pun. Dalam keputusannya, kita menyaksikan kebesaran yang tidak akan pernah diberikan oleh trofi sebesar apa pun. Di balik semua ketangguhan itu, ternyata Megawati masihlah seorang anak. Anak yang pernah tidur di pangkuan ibu, yang pernah menangis dalam pelukannya, dan kini, memilih untuk mendekap kembali tubuh renta itu ketika dunia justru meminta ia tetap jauh.

Ia menukar panggung dunia dengan ranjang sederhana di rumahnya di Jember. Menukar sorak penonton dengan helaan napas panjang sang ibu yang kini tak sekuat dulu. Menukar catatan sejarah dunia dengan kenangan masa kecil yang kembali mengalir setiap kali ia menyentuh tangan yang dulu mengelus rambutnya saat demam. Barangkali, inilah pertandingan terberat dalam hidup Megawati. Sebab lawan kali ini bukanlah pemain di seberang net, melainkan waktu. Waktu tidak pernah mudah ditaklukkan.

Ayahnya telah lebih dahulu pergi, di bulan yang sunyi, Februari 2023. Luka itu masih merah. Kini, ibunya berbaring antara sadar dan sakit. Dua sosok yang mengajarinya berdiri di dunia, satu telah tiada, satu sedang melemah. Maka Megawati pun kembali. Ia tahu, kemenangan terbesar tidak selalu ditulis dalam berita, tapi dalam detak jantung seorang ibu yang merasa anaknya pulang.

Sore itu, Surabaya hanya kota singgah. Ia melewati prosedur kesehatan dengan wajah tenang, tapi siapa yang tahu apa yang disembunyikan oleh kedua matanya yang bening? Siapa yang mampu mendengar jerit hatinya ketika tubuhnya duduk tegak tapi pikirannya sudah melayang jauh, ke rumah, ke kamar ibunya, ke suara parau yang entah masih akan ada esok hari atau tidak.

Ia adalah legenda, dan pada saat yang sama, ia adalah anak perempuan biasa. Ia telah membuktikan bahwa kemegahan sejati tidak hanya ada di podium, tapi juga di sisi ranjang ibu. Di antara obat-obatan dan doa-doa yang tak sempat ia kirim ketika terlalu jauh.

Megawati, sang Megatron, kini menjadi Megawati yang manusiawi. Yang mencintai dengan seluruh tubuh dan jiwanya. Yang meletakkan mahkota dunia demi menggenggam tangan yang dulu membesarkannya.

Kelak, jika ia kembali ke lapangan, kita tak akan menyambutnya hanya sebagai atlet. Kita akan menyambutnya sebagai perempuan yang telah menaklukkan hal paling sulit di dunia: memilih untuk mencintai, walau harus kehilangan segalanya.

Bila dunia bertanya lagi, mengapa kau pulang? Ia hanya perlu menjawab, “Karena di rumah, ibuku sedang menungguku pulang. Aku tidak ingin terlambat.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
Top