Indonesia, Negeri Muslim Terbesar di Dunia (Tapi Masjidnya Sunyi Saat Subuh)
Di ujung langit Nusantara, saat matahari terbit di atas sawah yang masih diselimuti embun, terdengar suara merdu azan dari masjid yang berdiri gagah di antara warung pecel lele dan minimarket syariah. Inilah Indonesia, negeri penuh sandal jepit di teras masjid dan hati yang bergetar tiap menjelang buka puasa. Tapi jangan salah, ini bukan sekadar negeri dengan aroma gorengan saat tarawih. Ini adalah negara dengan jumlah Muslim terbesar di muka bumi pada tahun 2025, mencapai angka yang nyaris mistis: 244,7 juta jiwa.
Oh, betapa angka itu membuat malaikat pencatat amal senyum simpul. Betapa malaikat Jibril mungkin mengintip sambil berbisik pada arwah para wali, “Lihat, umat yang dulu naik perahu membawa Islam dari Gujarat kini jadi pemimpin populasi dunia.” Betapa kosmiknya kebetulan ini, hingga Tuhan pun tampaknya sedang menulis skrip sinetron langit berjudul Balada Umat Terbanyak di Dunia.
Namun, sebagaimana setiap pahlawan butuh musuh, Indonesia tidak sendirian dalam pentas keagungan ini. Pakistan, saudara seiman yang lahir dari luka sejarah India, muncul sebagai rival utama dengan 239,7 juta Muslim. Mereka bukan main-main. Dengan tingkat kelahiran 3,6 anak per wanita, Pakistan seperti sedang berlomba mencetak generasi penghafal Qur’an sambil main kriket. Anak-anak mereka lahir bukan hanya untuk belajar matematika, tapi juga menghafal surat Al-Mulk sebelum bisa mengeja alfabet Latin.
India pun tak tinggal diam. Meskipun hanya 14,6% dari total populasinya, jumlah Muslim di sana mencapai angka yang membuat dahi para analis statistik berkerut penuh tanya: 223,4 juta jiwa. Sebuah minoritas yang, jika dikumpulkan, bisa memenuhi setiap stadion sepak bola di dunia dan masih ada sisa untuk menggelar festival bazar Ramadhan lintas benua. Mereka adalah minoritas tangguh, berdzikir di tengah tekanan, bertakbir di tengah kontroversi. Ibarat bumbu dalam biryani, sedikit tapi mengguncang rasa.
Namun mari kembali ke Nusantara, tanah yang dijaga oleh para kiai, ustaz TikTok, emak-emak pengajian, dan santri ngaji sambil rebahan. Indonesia, negeri seribu kajian, kembali menyalip Pakistan pada tahun 2025. Sebuah comeback yang lebih dramatis dari sinetron azab. Tahun sebelumnya, Pakistan sempat menyentuh posisi teratas, membuat beberapa netizen Indonesia gelisah dan mengunggah status di Facebook: “Kita harus banyak kawin agar tidak kalah jumlah.”
Tapi tenang. Alam semesta bekerja dengan cara yang indah. Indonesia bangkit dengan pertumbuhan populasi Muslim yang stabil — tidak meledak-ledak seperti petasan saat Lebaran, tapi konsisten seperti suara azan Magrib di warteg. Pertumbuhan ini ditopang oleh urbanisasi, dakwah digital, dan konversi ke Islam yang meningkat. Ya, makin banyak orang yang masuk Islam setelah menonton video ustaz sambil unboxing kurma. Dakwah kini bukan hanya di mimbar, tapi juga di live streaming Shopee.
Lebih jauh, pemerintah Indonesia, secara tidak langsung, mendukung pertumbuhan ini lewat kebijakan sosial dan ekonomi. Akses pendidikan yang membaik, layanan kesehatan yang makin mudah dijangkau, hingga program keluarga sakinah mawadah warahmah yang diam-diam menambah jumlah umat dengan cara yang legal dan penuh cinta. Ditambah lagi, makin banyak figur publik yang mendadak mualaf — dari aktor Korea KW sampai mantan ratu kecantikan yang tiba-tiba muncul di kajian akhwat dengan caption, “Dulu saya mencari cinta, sekarang saya mencari ridha-Nya.”
Namun, seperti dalam setiap film pahlawan, selalu ada momen pembuka mata — momen ketika kamera memperbesar kenyataan pahit yang selama ini dikaburkan efek visual populasi.
Dan di sinilah kita harus menundukkan kepala sejenak.
Sebab di balik sorak-sorai “kita umat Muslim terbesar!”, ada angka yang mengendap di pojok laporan Avara Research tahun 2019: hanya 38,9% Muslim Indonesia yang benar-benar mengerjakan shalat lima waktu secara konsisten.
Ya, 38,9% — tidak sampai separuh. Sisanya? Ada yang shalat kadang-kadang, ada yang hanya saat Ramadhan, dan ada pula yang menjadikan mushola sebagai ruang ganti saat kondangan.
Masjid kita memang banyak. Tapi lihatlah Subuh. Bahkan ketika azan menggema lewat pengeras suara paling mutakhir yang bisa menggetarkan jendela rumah tetangga, yang datang hanya deretan tua renta dan beberapa santri insomniak. Masjid besar di pinggir jalan raya kadang hanya berisi imam dan takmir yang merangkap jadi makmum. Subuh berjamaah? Kadang lebih ramai timeline Instagram ketimbang saf pertama.
Maka jangan heran bila laporan yang sama menunjukkan hanya 2% Muslim Indonesia yang selalu shalat berjamaah. Ya, dua persen. Itu kurang dari jumlah orang yang percaya bahwa bumi datar.
Ini bukan satir. Ini statistik.
Dan lebih menyedihkan lagi: sebagian besar umat tampaknya lebih mudah terprovokasi oleh kuis Instagram bertema “Seberapa Arabkah dirimu?” ketimbang hadits shahih tentang pentingnya shalat. Populasi Muslim Indonesia memang raksasa, tapi banyak di antaranya berpuasa hanya sebagai tren diet, bersedekah hanya saat ada content, dan mengenakan hijab sebagai gaya OOTD Ramadhan.
Lantas untuk apa bangga sebagai negara Muslim terbesar, jika suara azan tidak cukup untuk membangunkan kita dari kasur? Untuk apa 244,7 juta Muslim, jika hanya sedikit yang menjadikan shalat sebagai tiang kehidupan, bukan sekadar checklist sosial?
Mungkin Tuhan sedang menguji kita: memberi kita angka besar, populasi besar, pengaruh besar, hanya untuk melihat apakah kita benar-benar bisa menjaga amanah itu.
Atau mungkin, ini hanya ironi: bahwa umat terbanyak bisa saja menjadi umat yang paling banyak melupakan kewajibannya.
Karena Islam bukanlah lomba populasi. Ia adalah tentang akhlak, ketundukan, dan konsistensi ibadah. Jika semua itu diabaikan, maka 244 juta bukanlah kemuliaan. Itu hanya jumlah.
Jadi, wahai bangsa dengan jumlah Muslim terbanyak di dunia, sebelum kita terlalu berbangga, marilah kita menengok masjid saat Subuh.
Dan bertanyalah dalam hati:
Apakah aku bagian dari statistik yang membanggakan… atau justru dari yang memalukan?
*ditulis setelah membaca artikel di salam7langit.com https://salam7langit.com/salip-pakistan-indonesia-kembali-menjadi-negara-populasi-muslim-terbesar-di-dunia/